Menanam Budaya Literasi dan Minat Baca Lewat Komunitas
Masyarakat Literasi identik dengan ukuran seberapa besar suatu masyarakat mampu meningkatkan minat bacanya. Literasi sendiri menurut Achmad Buckori berarti kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara , yang dalam konteks sekarang berarti sangat luas yaitu bisa melek teknologi, politik berpikir kritis dan peka terhadap lingkungan sekitar. Pertanyaan yang muncul bagaimana membuat sebuah society yang disebut masyarakat literasi tersebut?
Kita banyak mendengar bahwa manusia adalah mahluk social yang setiap saat berinteraksi dengan manusia lainya. Dari interaksi tersebut terjadilah komunikasi dan diskusi. Biasanya apabila terjadi kecocokan dalam berkomunikasi akan memunculkan semacam komunitas dengan satu kesamaan. Banyak komunitas terbentuk karena kesamaan hobi atau pemikiran atau bahkan profesi. Banyak sekali manfaat dari sebuah komunitas, misalnya saja dalam sharing ilmu pengetahuan. Sifat manusia salah satunya ingin tahu terutama tentang sesuatu yang sifatnya baru.
Kalau suatu komunitas bisa menjalin komunikasi dan secara terus menerus niscaya dari situlah akan muncul komunitas yang melek informasi (literer). Why, trus apa hubunganya dengan minat baca? Seorang informan yang akan membagikan informasi dalam sebuah komunitas tentu harus yakin bahwa informasi yang ia bagikan adalah akurat (gengsi donk kalau salah), sedangkan orang yang di beri tahu tentu akan mengecek ulang apakah benar informasi yang ia terima adalah valid. Dari rasa ingin tahu ke valid’an informasi inilah menjadikan mereka mau tidak mau mencari literature lewat berbagai media
.
Contoh : ada sebuah komunitas sepeda onthel yang terdiri dari 10 orang, setiap minggu mereka berkumpul dalam pembicaraan santai salah satu dari mereka mengatakan setelah membaca salah satu buku bahwa sepeda onthel masuk ke Indonesia saat penjajahan belanda. Dari ucapan salah satu anggotanya inilah membuat 9 orang lainya tertarik untuk membuktikan kebenaran serta mempelajari kebenaran ini lebih lanjut lewat literature yang ada.
Dari contoh diatas saya rasa itulah yang diperlukan bagaimana literasi dibangun lewat komunitas. Di Indonesia sendiri banyak komunitas-komunitas yang terbentuk seharusnya setiap komunitas diarahkan kesini, bukan malah diarahkan ketindakan negatif (ex.tawuran).
0 komentar:
Posting Komentar